Kamis, 10 Januari 2013

Pengelolaan Ekosistem Air di Danau Toba

Fakultas Teknik
Teknik Lingkungan
Uninersitas Sumatera Utara

EKOSISTEM AIR DI DANAU TOBA

                                                            
      Latar Belakang
Danau Toba yang merupakan suatu ekosistem air telah banyak mengalami perubahan terutama akibat dari berbagai aktivitas manusia yang terdapat di sekitarnya.





Gambar. Alat-alat transportasi di Danau Toba




Gambar. Pengunjung wisata yang berlibur di Danau Toba



Danau ini merupakan sumber daya air yang mempunyai nilai yang sangat penting ditinjau dari fungsi ekologi, hidrologi serta fungsi ekonomi. Hal ini berkaitan dengan fungsi Danau Toba sebagai habitat berbagai jenis organisme air, sebagai sumber air minum bagi masyarakat sekitarnya, sebagai sumber air untuk kegiatan pertanian dan budi daya perikanan serta untuk menunjang berbagai jenis industri, seperti kebutuhan air untuk industri pembangkit listrik Sigura-gura dan Asahan. Tak kalah pentingnya adalah fungsi Danau Toba sebagai kawasan wisata yang sudah terkenal ke mancanegara dan sangat potensial untuk pengembangan kepariwisataan di Provinsi Sumatera Utara. Kualitas air di danau toba pun dari tahun ketahun mengalami penurunan yang sangat drastis.

 Kasus
            Permasalahan utama yang dialami ekosistem Danau Toba terutama adalah penurunan kualitas air sebagai akibat dari berbagai limbah yang dibuang ke dalam danau sehingga menimbulkan pencemaran, seperti limbah domestik/perhotelan, limbah pertanian, limbah dari budidaya perikanan di dalam jaring apung, serta limbah minyak yang berasal dari aktivitas transportasi air. Hal ini terutama dapat dilihat di kawasan sekitar Parapat, Haranggaol, Balige, dan Tongging. Selain itu terjadi perusakan kawasan hutan, berupa penebangan hutan untuk berbagai keperluan di sekitar danau  yang menyebabkan terjadinya fluktuasi aliran air yang masuk ke dalam danau serta terjadinya erosi dan peningkatan sedimentasi.
Gambar 1. Penebangan hutan

Pemanfaatan Danau Toba sebagai tempat budidaya ikan sistem jaring apung merupakan salah satu pemanfaatan perairan Danau Toba bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Akibat dari rendahnya pengelolaan yang dilakukan serta perkembangan budidaya ikan sistem jaring apung yang sangat pesat di Danau Toba
Gambar 2. Jaring apung

Pemanfaatan air Danau Toba yang sangat beragam yaitu sebagai sumber air bersih bagi masyarakat sekitar, sebagai tempat kegiatan penangkapan ikan dan budidaya ikan dalam keramba jaring apung, kegiatan transportasi air, pariwisata, sebagai sumber air untuk pembangkit listrik di daerah hilir, di satu sisi membutuhkan kualitas air danau yang baik serta memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Sebaliknya Danau Toba juga digunakan sebagai tempat membuang berbagai jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertanian di sekitar kawasan Danau Toba, limbah domestik dari permukiman dan perhotelan, limbah nutrisi dari sisa pakan ikan yang tidak habis dikonsumsi oleh ikan yang dibudidayakan, limbah dari pariwisata dan transportasi air. Apabila proses pencemaran terus berlanjut tanpa ada upaya-upaya untuk meminimalkan pencemaran yang terjadi, maka beban ekosistem Danau Toba akan semakin berat dan pada akhirnya akan merugikan semua pihak yang berkepentingan. Secara kasat mata di beberapa kawasan Danau Toba kita sudah bisa melihat tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan air terutama jenis eceng gondok yang telah menutupi lapisan permukaan danau. Hal ini terjadi akibat proses eutrofikasi (pengayaharaan) yang merupakan suatu gejala peningkatan unsur hara, terutama fosfor dan nitrogen di suatu ekosistem air. Unsur hara tersebut terutama berasal dari limbah cair yang dibuang ke suatu ekosistem air secara terus menerus sehingga terakumulasi dalam jumlah yang banyak. Peningkatan unsur hara tersebut akan meningkatkan proses pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan air yang sangat cepat sehingga terjadi ledakan populasi vegetasi yang sering disebut sebagai blooming. Biomassa dari vegetasi ini setelah mati akan mengalami proses pembusukan/dekomposisi yang dilakukan oleh bakteri dan berlangsung secara aerob, artinya proses tersebut membutuhkan ketersediaan oksigen terlarut di dalam air. Akibat proses dekomposisi tersebut kandungan oksigen terlarut akan semakin sedikit, bahkan apabila proses tersebut terus berlangsung dapat menimbulkan kondisi anaerob karena kandungan oksigen terlarut sudah sangat sedikit. Dalam kondisi tidak tersedia oksigen terlarut, proses penguraian akan berjalan secara anaerob yang menghasilkan berbagai senyawa yang bersifat toksik dan menimbulkan bau yang busuk. Bahaya potensial yang tidak kalah pentingnya yang mengancam spesiesspesies asli di ekosistem Danau Toba adalah masuknya spesies pendatang yang disebut sebagai spesies eksotis, baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Meskipun spesies pendatang bukan akibat dari pencemaran, tetapi spesies eksotis ini dapat digolongkan sebagai polutan yang mengancam kehidupan spesies asli. Sering terjadi bahwa spesies eksotis memangsa spesies asli atau berkompetisi dengan spesies asli untuk mendapatkan makanan dan tempat untuk berkembang biak.

Pengelolaan Ekosistem Danau Toba                                                              
            Mengingat fungsi ekosistem Danau Toba yang sangat beranekaragam, maka diperlukan suatu strategi pengelolaan yang efisien agar kelestarian ekosistem Danau Toba dapat tetap dipertahankan sejalan dengan pemanfaatan yang dilakukan untuk berbagai kepentingan.
Untuk menanggulangi tingkat kerusakan alam dan pencemaran lingkungan di sekitar wilayah Danau Toba diperlukan upaya-upaya nyata dan serius dari para pihak untuk penyelamatan ekosistemnya melalui :
  •  pengelolaan dan pengurangan sampah,
  •  penanganan limbah rumah tangga, hotel dan restauran yang ramah lingkungan,
  • pengurangan sedimentasi akibat penggundulan hutan,
  • penurunan tingkat pencemaran air akibat penggunaan pupuk dan obat-obatan            kimia (pestisida, herbisida dan fungisida)
  • pembuatan peraturan (Peraturan Daerah) terkait dengan larangan membuang minyak dan oli ke Danau Toba, 
  • perancangan usaha perikanan yang sesuai dengan daya dukungnya penanaman jiwa cinta lingkungan kepada siswa-siswa sekolah SD, SMP dan SLTA serta generasi muda, dan
  • penggalangan dan penggalakan program “hijaukan Danau Toba.



Di samping itu masih ada beberapa upaya lainnya yang terkait dengan penanggulangan pencemaran yaitu berkaitan dengan membangun kebersihan lingkungan yang baik di sekitar Danau Toba. Seharusnya pola hidup bersih harus menjadi panduan utama bagi masyarakat yang tinggal dan hidup di sekitar Danau Toba karena semua pasti menyadari bahwa betapa mahalnya biaya pengobatan penyakit di negara ini dengan pelayanan kesehatan yang masih belum memadai masyarakat. Hal ini diindikasikan dengan fenomena “Pengobatan Ponari” yang didatangi oleh beratus-ratus lautan manusia yang ingin mendapatkan pengobatan murah dengan hasil yang instan. Pengobatan Ponari ini sehrausnya menjadi cermin bagi pemerintah bahwa pelayanan kesehatan masyarakat masih jauh dari kondisi yang diinginkan oleh masyarakat.
Pola menjaga kebersihan harus terus dilakukan secara rutin dan jangan diabaikan begitu saja karena pola hidup bersih harus menjadi kebiasaan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bersih lingkungan sebaiknya diawali dengan kebiasaan dari diri sendiri dan tentunya lingkungan terdekat, yaitu lingkungan keluarga. Kebersihan sanitasi di lingkungan rumah dan sekitarnya turut berperan penting untuk pencegahan penyebaran berbagai kuman penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar